Kita sering diajarkan bahwa untuk bisa ikhlas, kita harus melupakan. Bahwa untuk bisa tenang, kita harus berpura-pura tidak pernah ada apa-apa. Tapi seiring waktu, aku belajar bahwa ternyata tidak semua harus dihapus untuk bisa disembuhkan. Dan aku ingin berbagi itu padamu—kamu yang mungkin sedang berada di titik yang sama: menata hati, sambil terus berjalan.
Surat Dariku
Hai kamu,
yang sedang berjuang pelan-pelan…
Aku tahu, tidak mudah melepaskan sesuatu yang pernah kamu genggam begitu erat. Tidak mudah menenangkan dada yang sempat percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja, lalu ternyata tidak. Tapi inilah hidup, bukan? Tidak semua hal bisa dikendalikan.
Aku pernah ada di posisi itu—terjebak dalam kebiasaan mengenang, merasa bersalah karena belum bisa melupakan, lalu menyalahkan diri sendiri karena tidak cukup “ikhlas”. Padahal ternyata, ikhlas tidak pernah menuntut kita untuk melupakan. Ia hanya mengajak kita untuk menerima.
Menerima bahwa yang sudah pergi, biarlah pergi.
Bahwa yang tidak bisa dipaksa, biarlah mengalir.
Dan bahwa tidak semua kenangan harus dilawan, beberapa cukup disapa dan dibiarkan tinggal di sudut hati yang damai.
Kalau kamu masih mengingatnya hari ini, itu bukan berarti kamu lemah.
Kalau kamu masih merasa sedih sesekali, itu bukan berarti kamu gagal move on.
Kamu manusia. Kamu sedang belajar. Dan tidak apa-apa untuk pelan-pelan.
Yang penting bukan seberapa cepat kamu melupakan, tapi seberapa tulus kamu bisa berdamai.
Kamu tidak harus pura-pura bahagia. Kamu hanya perlu jujur pada dirimu sendiri: kamu sedang baik-baik saja… meski belum sepenuhnya baik.
Pesan Untukmu
Dan jika kamu sedang bertanya-tanya, “apakah aku boleh mengingat sesuatu yang sudah selesai?”, jawabanku adalah: tentu saja boleh.
Kamu tidak perlu menghapus semuanya untuk membuktikan bahwa kamu sudah kuat.
Terkadang, mengenang justru adalah bentuk kekuatan. Karena, kamu berani menatap masa lalu tanpa ingin kembali ke sana. Kamu tahu betul tempatmu saat ini: di masa kini, berjalan ke masa depan. Tapi kamu juga tidak menyangkal bahwa masa lalu pernah ada dan pernah berarti.
Aku ingin kamu tahu, kamu tidak sendirian.
Ada banyak orang di luar sana yang juga sedang belajar melepaskan tanpa kehilangan dirinya sendiri. Dan kamu adalah salah satu dari mereka. Seseorang yang sedang tumbuh. Perlahan tapi pasti.
Jika hari ini masih terasa berat, tidak apa-apa.
Tarik napas. Istirahat sebentar.
Dan besok, kita coba lagi. Dengan hati yang sedikit lebih ringan, dan langkah yang sedikit lebih tenang.
Akhir kata…
Ikhlas bukan soal melupakan. Tapi tentang menerima bahwa sesuatu pernah indah, pernah menyakitkan, dan kini sudah berlalu.
Dan kamu?
Kamu pantas untuk bahagia lagi. Bukan karena kamu lupa, tapi karena kamu memilih untuk tetap melangkah… meski kenangan itu masih tinggal.
Baca juga: