Kalau Tidak Ada yang Lihat, Apa Masih Berarti?

kalau tidak ada yang lihat, apa masih berarti?

Surat Dariku:

Ada masa-masa ketika aku bertanya dalam diriku, “Apa gunanya semua ini kalau tak ada yang melihat?” Aku menulis larut malam, menuangkan rasa yang tak pernah sempat kubagi. Aku menyelesaikan tugas dengan sepenuh hati, meski tak satu pun pujian datang. Aku mengunggah karya, lalu melihat angka tayangan yang nyaris beku. Tak jarang aku merasa seolah berbicara pada ruang kosong. Apa aku sedang berlari sendiri di lintasan yang tak dihiraukan siapa pun?

Mungkin kau juga pernah merasakannya. Berbuat baik tanpa ada yang berterima kasih. Menyelesaikan sesuatu dengan hati-hati namun tak mendapat pengakuan. Rasanya seperti menggambar pelangi dalam gelap. Indah, tapi tak ada yang tahu.

Tapi kemudian, aku belajar bahwa nilai sebuah cahaya tidak bergantung pada siapa yang melihatnya. Cahaya tetaplah cahaya. Ia tidak menunggu mata untuk bersinar. Ia tetap memberi terang, bahkan di ruang kosong. Aku mulai memahami bahwa proses jauh lebih murni saat tidak ada penonton. Tidak ada yang ditampilkan. Tidak ada yang dipoles. Hanya aku dan niat yang jujur.

Menjadi baik, tekun, dan setia pada nilai-nilai yang kau pegang, bahkan saat tak ada yang menyaksikan—itu bukan hal sia-sia. Justru di situlah integritas terbentuk. Justru di situlah makna menemukan akar yang dalam. Kita bukan panggung. Kita adalah taman kecil yang tumbuh pelan-pelan. Tidak selalu ramai. Tapi tetap hidup.

Pesan Untukmu:

Aku ingin kamu tahu bahwa keberhargaanmu tidak ditentukan oleh siapa yang melihat. Bahwa usaha yang kamu lakukan, meski tak disorot atau disukai ribuan orang, tetap memiliki nilai. Jangan biarkan sunyi membuatmu berhenti. Jangan jadikan sepi sebagai alasan untuk menyerah.

Cobalah tengok kembali alasanmu memulai. Apakah kamu berkarya agar dikenang, atau karena itu membuatmu hidup? Jika jawabannya adalah yang kedua, maka kamu sudah menang. Karena tidak semua kemenangan butuh sorak-sorai. Ada yang cukup dirayakan dalam hening—dan itu tetap sah.

Kamu tidak harus terkenal untuk bermakna. Kamu tidak perlu ramai untuk layak didengar. Satu langkahmu bisa sangat berarti, walau tak dilihat siapa pun. Karena kamu bukan panggung. Kamu rumah. Dan rumah, tak harus ramai agar tetap nyaman.

Biarkan orang lain sibuk menilai. Kamu cukup sibuk menjadi. Teruslah bersinar, bahkan saat tak ada yang menonton. Karena bintang pun tetap bersinar di langit malam yang sunyi, tanpa pernah menunggu aplaus dari bumi.

Dan saat nanti kamu ragu lagi, ingatlah satu hal ini: yang tumbuh dalam diam seringkali adalah yang paling kuat akarnya. Jadi, meskipun tak ada yang lihat, kamu tetap berarti.

SELALU!!!


Baca juga:


 

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *