Progres Kecil Juga Progres

progres kecil juga progres

Surat Dariku:

Hari itu, aku hanya menyelesaikan satu halaman tulisan dari naskah yang seharusnya rampung seminggu lalu. Kupikir, aku gagal lagi. Tapi entah kenapa, hari itu aku tak memilih untuk menghapus kalimat yang sempat tertulis. Aku diamkan. Kubaca ulang perlahan. Dan ada perasaan aneh yang muncul. Bukan puas, bukan kecewa, tapi semacam pengakuan yang jujur dari diriku sendiri bahwa, “Aku masih berusaha.”

Aku menuliskan ini bukan karena aku sudah ahli dalam mencintai proses atau sabar dalam pencapaian. Justru sebaliknya—aku terbiasa menuntut hasil cepat dari diri sendiri, menumpuk ekspektasi, lalu tenggelam dalam kecewa saat tak satu pun segera jadi nyata. Aku pernah merasa kalah hanya karena tak bisa produktif seperti orang lain yang kulihat di layar. Aku pernah menyamakan progresku dengan progres mereka, tanpa tahu bahwa setiap orang punya waktu panen yang berbeda.

Tapi hari itu, satu halaman tulisan mengubah cara pandangku.

Aku sadar, bahwa satu langkah maju tetaplah langkah. Meski pendek, meski lambat, ia lebih baik daripada diam. Aku ingat betul pernah membaca satu kutipan, “Progress kecil hari ini bisa jadi lompatan besar esok hari, asalkan kau terus berjalan.”

Progres kecil itu seperti benih yang tak terlihat tumbuh tapi tahu-tahu menjulang. Seperti sinar pagi yang pelan-pelan menerangi jendela. Seperti detik yang nyaris tak terdengar, tapi menyusun menit dan jam yang membentuk hari.

Dan aku ingin percaya bahwa tak ada usaha yang benar-benar sia-sia. Tidak ketika kita masih memilih untuk bangun, mencoba, dan melangkah. Sekecil apa pun itu.

Hari ini, aku tak memaksa diriku untuk selesai. Aku cukupkan untuk tetap bergerak. Karena aku tahu, bertahan pun adalah bentuk lain dari kemenangan.

Pesan Untukmu:

Kalau kau membaca ini dan merasa tertinggal, sepi, atau lelah, izinkan aku menuliskan sesuatu untukmu. Bukan sebagai seseorang yang lebih tahu, tapi sebagai sesama yang sedang belajar menepuk pundak sendiri.

Progres kecil juga progres.

Sering kali kita membayangkan hidup sebagai lari cepat, padahal banyak hal dalam hidup justru berjalan seperti maraton. Butuh napas panjang, langkah konstan, dan istirahat yang cukup. Kalau kamu hanya bisa menyicil satu tugas hari ini, itu tak apa. Kalau kamu hanya kuat bangkit dari tempat tidur dan menyeduh teh, itu pun sudah cukup untuk hari yang berat.

Jangan menyepelekan hal-hal kecil yang bisa kamu selesaikan hari ini. Karena mungkin itu adalah batas tertinggimu hari ini. Dan itu valid. Kamu tidak gagal hanya karena tak bisa sehebat mereka. Kamu tidak kalah hanya karena belum sampai di titik yang kamu impikan. Sebab setiap perjalanan punya peta, jarak, dan waktunya sendiri.

Saat kau merasa pencapaianmu terlalu lambat, ingatlah bahwa yang paling penting bukan kecepatan, tapi konsistensi. Bahkan bunga pun tak mekar dalam satu malam. Bahkan matahari pun terbit perlahan.

Teruslah berjalan. Meski goyah. Meski pelan. Tak perlu terburu-buru menjadi hebat. Jadilah setia dulu pada proses. Nanti, hebat akan tiba dengan sendirinya, bersamaan dengan versi terbaik dirimu yang sedang tumbuh perlahan.

Aku percaya padamu, seperti aku sedang belajar percaya pada diriku sendiri.

Sampai nanti kita bisa menoleh ke belakang dan berkata,

“Ternyata yang kecil-kecil itu, yang nyaris tak tampak, yang tak pernah masuk hitungan… adalah fondasi dari versi terbaik diri kita.”

Teruslah berjalan……

Karena progres kecil juga progres. 💗


Baca juga:


 

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *